جوجر
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan kasih sayang dimulakan, dengan senyuman ditamatkan.
JUJUR,
itulah perkataan keramat dan pegangan seorang mukmin yg sejati, setelah berkurun lamanya semenjak tok nenek moyang kita lagi kita telah diperingatkan dengan ikhlas, taat, jujur, setia. Tetapi sedarkah kita akan kunci ke empat sifat itu?
bagaimana hendak kita timbulkan keikhlasan dalam setiap perkara?
cukup mudah, sertakan dalam setiap kerja dengan niat, itulah pesan rasulullah sejak zaman beliau lagi. itulah yang paling utama.
kedua,
lakukanlah dengan penuh kejujuran, maka dari kejujuran kita membuat sesuatu kerja, insyaallah timbul lah ikhlas, amanah.
setelah sekian lama mencari semenjak dibangku sekolah, alhamdulillah perkara ini disedarkan oleh 1 hamba Allah yang mulia.
lalu dia ceritakan, seorang hamba Allah telah berpesan padanya, kau mesti jujur dalam apa perkara sekalipun dan jgn takut apa pun, kalau kita takutkan Allah, mcm mana kita nak kenal dia?
Imam syafie telah berkata, dia mengharamkan pengikutnya menjadi ahli takliq.
maksud ahli takliq ialah orang yang pandai mengikut-ikut sahaja akan sesuatu perkara tanpa mengetahui akan sebab-musababnya. tp x semua begitu, insyaallah. inilah kita anak muda mesti sedar, kita teramat beruntung dilahirkan dalam keluarga yang islam adat, adabnya. Tetapi adat istiadat sesuatu itu perlulah kita kaji sama ada ia bersesuaian dengan keadaan semasa atau tidak, seperti bersolat, berpuasa, beramal soleh, kita mesti tahu dari mana dan dari siapa serta apa sejarah permulaannya.
wahai rakan-rakan ku dan sahabat sekalian, marilah kita mengejar keredhaanNya.
Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam
adalah Jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong. Orang
yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam. Bahkan bisa
jadi orang pendusta ini digolongkan sebagai orang yang munafik.
Orang-orang munafik tergolong orang kafir. Nauzubillah.
Allah berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Artinya:
Di
antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [Qur'an Suran Al-Baqarah ayat 8 sampai 10]
Kalau
seandainya ummat Islam seorang pendusta, tidak jujur, tentunya ketika
ia menyatakan beriman, maka imannya sangat rapuh untuk dipercaya, karena
orangnya tidak amanah atau dapat dipercaya karena telah dianggap
pendusta.
Bapak-bapak ibu-ibu remaja serta anak-anak sekalian.
Memang kita diciptakan manusia ini dua jalan. Jalan kejahatan dan jalan kebaikan.
Firman Allah ta'ala:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
Artinya:
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. [Qur'an Surat As-syam ayat 8]
Firman Allah lagi:
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ
Artinya:
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. [Qur'an Surat AL-Balad ayat 10 dan 11]
Yang dimaksud dengan "dua jalan" ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan.
Jalan
kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak dikerjakan, tetapi jalan
kebaikan dan kebajikan adalah jalan yang sulit, mendaki lagi sukar.
Kalau kita memilih jalan kebaikan, kebajikan. Inilah jalan yang diridhoi
Allah subhanahu wata'ala, dan orang yang berada dijalan ini akan
mendapat ganjaran dari allah subhanahu wata'ala. Tetapi jalan kebaikan
ini tidak mudah, sulit lagi sukar.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ
فَكُّ رَقَبَةٍ
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ
Artinya:
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu)
melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi makan pada hari
kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada
orang miskin yang sangat fakir. [Qur'an Surat Al-Balad ayat 12 sampai 16]
Demikianlah
jalan kebaikan yang harus orang-orang mu'min tempuh dan selalu bersabar
berada dijalannya sama seperti kita puasa dibulan ramadhan ini tetap
sabar dalam menjalankan ibadah dan segala kebaikan dan kebajikan yang
kita amalkan selama dalam bulan Ramadhan.
Perbuatan baik dijalan
yang baik tersebut diantaranya juga bersikap jujur. Jujur dalam segala
perbuatan dan perbuatan kita. Karena orang yang terbiasa tidak jujur
akan selalu menjadi serentetan kebohongan berikutnya yang lambat laun
menjadi kebiasaan, dan dicaplah sebagai pembohong atau pendusta,
nauzubillah.
Hadits nabi membawa pesan nabi salallohu alaihi wasalam tentang kejujuran adalah:
عليكم بصدق٫ فإنما الصدق يهدى إلى بّر٫ إنّ برّ يهدى إلى الجنّة٫ وإنّ كذب يهدى فجور فإنّ فجور يهدى إلي النار
[رواه متفقٌ عليه]
Artinya :
Selalulah
kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada
kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga.
Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan
sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka. [Hadits: Mutafaqun
Alaih]
Oleh sebab itu hendaklah kita akan senantiasa jujur. Dan
dikatakan kita sebagai orang yang jujur. Orang jujur ada kemungkinan
akan teguh dalam memegang amanah. Sedangkan orang yang pendusta atau
tidak jujur sama sekali tidak bisa memegang amanah.
Jujur dan
amanah adalah serangkaian sifat yang perlu kita sikapi. Sebagaimana
rasulullah adalah seorang yang mempunyai sifat jujur, terpercaya
[Amanah]. Oleh sebab itu kita patut menjadikan Rasulullah sebagai suri
tauladan yang baik.
Sebagaimana Firman allah ta'ala:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
Artinya:
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 21]
Demikian
yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang saya mohon ma'af wabilahi
taufiq wal hidayah wasalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.
Monday, February 28, 2011
Sunday, February 6, 2011
Salam
Segala
puji bagi Allah semata dan shalawat serta salam semoga sentiasa dicurahkan
kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tiada Nabi setelahnya.
puji bagi Allah semata dan shalawat serta salam semoga sentiasa dicurahkan
kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tiada Nabi setelahnya.
Sesungguhnya salam itu merupakan sunnah terdahulu sejak zaman Nabi
Adam ‘alaihi salam sehingga ke hari kiamat, dan salam merupakan ucapan
para penghuni syurga, Dan ucapan mereka di dalamnya adalah salam. Salam
merupakan sunnah para Nabi, tabiat orang-orang yang bertakwa dan semboyan
orang-orang yang suci. Namun, dewasa ini, benar-benar telah terjadi kekejian
yang nyata dan perpecahan yang terang di tengah-tengah kaum muslimin! Jikalau
engkau melihat mereka, ada saudara semuslim yang melintasi mereka, mereka tidak
mengucapkan salam kepadanya. Sebahagian lagi hanya mengucapkan salam hanya kepada
orang yang dikenalinya sahaja, bahkan mereka merasa aneh ketika ada orang yang
tidak dikenalinya memberi salam kepadanya, mereka mengingkarinya dengan
menyatakan “Apakah anda mengenali saya?”.
Adam ‘alaihi salam sehingga ke hari kiamat, dan salam merupakan ucapan
para penghuni syurga, Dan ucapan mereka di dalamnya adalah salam. Salam
merupakan sunnah para Nabi, tabiat orang-orang yang bertakwa dan semboyan
orang-orang yang suci. Namun, dewasa ini, benar-benar telah terjadi kekejian
yang nyata dan perpecahan yang terang di tengah-tengah kaum muslimin! Jikalau
engkau melihat mereka, ada saudara semuslim yang melintasi mereka, mereka tidak
mengucapkan salam kepadanya. Sebahagian lagi hanya mengucapkan salam hanya kepada
orang yang dikenalinya sahaja, bahkan mereka merasa aneh ketika ada orang yang
tidak dikenalinya memberi salam kepadanya, mereka mengingkarinya dengan
menyatakan “Apakah anda mengenali saya?”.
Sedangkan yang sedemikian itu merupakan
penyelisihan terhadap perintah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga menyebabkan semakin menjauhnya hati-hati mereka, semakin merebaknya
perangai-perangai kasar dan semakin bertambahnya perpecahan. Bersabda Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam: “Tidaklah kalian akan masuk syurga sehingga kalian
beriman, dan tidaklah kalian dikatakan beriman sehingga kalian saling
mencintai. Mahukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian
mengamalkannya nescaya kalian akan saling mencintai, iaitu tebarkan salam di
antara kalian.” (HR Muslim).
penyelisihan terhadap perintah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga menyebabkan semakin menjauhnya hati-hati mereka, semakin merebaknya
perangai-perangai kasar dan semakin bertambahnya perpecahan. Bersabda Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam: “Tidaklah kalian akan masuk syurga sehingga kalian
beriman, dan tidaklah kalian dikatakan beriman sehingga kalian saling
mencintai. Mahukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian
mengamalkannya nescaya kalian akan saling mencintai, iaitu tebarkan salam di
antara kalian.” (HR Muslim).
Di dalam hadits Muttafaq ‘alaihi, ada seorang lelaki
bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam
bagaimanakah yang baik?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali mahupun
yang tidak engkau kenali.” (Muttafaq ‘alaihi).
bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam
bagaimanakah yang baik?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali mahupun
yang tidak engkau kenali.” (Muttafaq ‘alaihi).
Maka yang demikian ini merupakan suatu anjuran untuk menyebarkan
salam di tengah-tengah kaum muslimin, dan bahawasanya salam itu tidaklah
terbatas kepada orang yang engkau kenali dan sahabat-sahabatmu sahaja, namun
untuk keseluruhan kaum muslimin.
salam di tengah-tengah kaum muslimin, dan bahawasanya salam itu tidaklah
terbatas kepada orang yang engkau kenali dan sahabat-sahabatmu sahaja, namun
untuk keseluruhan kaum muslimin.
Adalah Abdullah Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu pergi ke pasar
pada pagi hari dan berkata : “Sesungguhnya kami pergi bertolak pada pagi
hari adalah untuk menyebarkan salam, maka kami mengucapkan salam kepada siapa
saja yang kami jumpai.”
pada pagi hari dan berkata : “Sesungguhnya kami pergi bertolak pada pagi
hari adalah untuk menyebarkan salam, maka kami mengucapkan salam kepada siapa
saja yang kami jumpai.”
Salam itu menunjukkan ketawadhu’an seorang muslim, ia juga
menunjukkan kecintaan kepada saudaranya yang lain. Salam
menggambarkan akan kebersihan hatinya daripada dengki, dendam, kebencian,
kesombongan dan rasa memandang rendah kepada orang lain. Salam merupakan hak
kaum muslimin antara satu dengan lainnya, ia merupakan sebab tercapainya rasa
saling mengenali, bertautnya hati dan bertambahnya rasa kasih sayang serta
kecintaan. Ia juga merupakan sebab diperolehnya kebaikan dan sebab untuk
seseorang masuk syurga. Menyebarkan salam adalah salah satu bentuk menghidupkan
sunnah Mustofa Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
menunjukkan kecintaan kepada saudaranya yang lain. Salam
menggambarkan akan kebersihan hatinya daripada dengki, dendam, kebencian,
kesombongan dan rasa memandang rendah kepada orang lain. Salam merupakan hak
kaum muslimin antara satu dengan lainnya, ia merupakan sebab tercapainya rasa
saling mengenali, bertautnya hati dan bertambahnya rasa kasih sayang serta
kecintaan. Ia juga merupakan sebab diperolehnya kebaikan dan sebab untuk
seseorang masuk syurga. Menyebarkan salam adalah salah satu bentuk menghidupkan
sunnah Mustofa Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Lima perkara yang wajib bagi seorang muslim ke atas saudaranya, menjawab
salam, mendo’akan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit
dan menghantarkan jenazah.” (HR Muslim).
“Lima perkara yang wajib bagi seorang muslim ke atas saudaranya, menjawab
salam, mendo’akan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit
dan menghantarkan jenazah.” (HR Muslim).
Wajib bagi sesiapa yang diberi salam menjawab
dengan jawapan yang serupa sebagai bentuk ittiba’ terhadap perintah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abi Sa’id Al-Khudriy Radhiallahu
‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jauhilah
oleh duduk-duduk di pinggir jalan!” mereka berkata, “Ya Rasulallah, kami
tidak boleh meninggalkan majlis kami ini dan juga bercakap-cakap di dalamnya.”
Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika engkau
enggan meninggalkannya, maka berilah haknya jalan.” Mereka berkata, “Apakah
haknya jalan itu wahai Rasulullah?” menjawab Rasulullah, “Mennundukkan
pandangan, menyingkirkan gangguan, menjawab salam serta amar ma’ruf nahi
munkar.” (Muttafaq ‘alaihi).
dengan jawapan yang serupa sebagai bentuk ittiba’ terhadap perintah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abi Sa’id Al-Khudriy Radhiallahu
‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jauhilah
oleh duduk-duduk di pinggir jalan!” mereka berkata, “Ya Rasulallah, kami
tidak boleh meninggalkan majlis kami ini dan juga bercakap-cakap di dalamnya.”
Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika engkau
enggan meninggalkannya, maka berilah haknya jalan.” Mereka berkata, “Apakah
haknya jalan itu wahai Rasulullah?” menjawab Rasulullah, “Mennundukkan
pandangan, menyingkirkan gangguan, menjawab salam serta amar ma’ruf nahi
munkar.” (Muttafaq ‘alaihi).
Imam Nawawi Rahimahullah berkata : “Ketahuilah,
sesungguhnya memulai salam itu adalah sunnah, dan membalasnya adalah wajib.
Jika si pemberi salam itu jumlahnya ramai, maka yang demikian ini merupakan
sunnah kifayah ke atas mereka, maksudnya jika sebahagian telah mengucapkan
salam bererti mereka telah melaksanakan sunnah salam atas hak keseluruhan
mereka. Jika yang diberi salam seorang diri, maka wajib ke atasnya menjawabnya.
Jika yang diberi salam ramai, maka menjawabnya adalah fardhu kifayah atas hak
mereka, maksudnya jika salah seorang daripada mereka telah menjawabnya maka
gugurlah kewajipan bagi yang lainnya. Namun, yang lebih utama adalah memulai
memberi salam secara bersama-sama dan menjawabnya dengan bersamaan pula.”
sesungguhnya memulai salam itu adalah sunnah, dan membalasnya adalah wajib.
Jika si pemberi salam itu jumlahnya ramai, maka yang demikian ini merupakan
sunnah kifayah ke atas mereka, maksudnya jika sebahagian telah mengucapkan
salam bererti mereka telah melaksanakan sunnah salam atas hak keseluruhan
mereka. Jika yang diberi salam seorang diri, maka wajib ke atasnya menjawabnya.
Jika yang diberi salam ramai, maka menjawabnya adalah fardhu kifayah atas hak
mereka, maksudnya jika salah seorang daripada mereka telah menjawabnya maka
gugurlah kewajipan bagi yang lainnya. Namun, yang lebih utama adalah memulai
memberi salam secara bersama-sama dan menjawabnya dengan bersamaan pula.”
SIFAT SALAM
Berkata Imam Nawawi, “Ucapan salam minima
dengan perkataan ‘assalamu’alaikum’, jika yang diberi salam
seorang diri, maka minima dia mengucapkan ‘assalamu’alaika’,
namun adalah lebih utama jika dia mengucapkannya dengan ‘assalamu’alaikum’,
kerana kalimat ini mencakupi do’a bagi dirinya dan yang bersamanya (malaikat,
pent.). Dan alangkah sempurna lagi dia menambahkan ‘warohmatullahi’
dan ‘wabarokatuh’, walaupun sebenarnya kalimat
‘assalamu’alaikum’ telah mencukupi.”
dengan perkataan ‘assalamu’alaikum’, jika yang diberi salam
seorang diri, maka minima dia mengucapkan ‘assalamu’alaika’,
namun adalah lebih utama jika dia mengucapkannya dengan ‘assalamu’alaikum’,
kerana kalimat ini mencakupi do’a bagi dirinya dan yang bersamanya (malaikat,
pent.). Dan alangkah sempurna lagi dia menambahkan ‘warohmatullahi’
dan ‘wabarokatuh’, walaupun sebenarnya kalimat
‘assalamu’alaikum’ telah mencukupi.”
MENJAWAB SALAM
Imam Nawawi berkata, “Adapun cara membalas
salam, lebih utama dan lebih sempurna jika mengucapkan ‘wa’alaikum
as-Salam wa rohmatullahi wa barokatuh’, dengan menambahkan huruf ‘waw’
(yang mendahului kata ‘alaikum) ataupun tidak menggunakannya (membuangnya), hal
ini diperbolehkan namun meninggalkan keutamaan. Adapun meringkaskannya menjadi
‘wa’alaikumus salam’ atau ‘alaikumus salam’ sahaja
sudah mencukupi. Sedangkan meringkaskannya menjadi ‘alaikum’ sahaja,
menurut kesepakatan ulama’ tidaklah mencukupi, demikian pula dengan ‘wa’alaikum’
sahaja yang diawali dengan huruf ‘waw’.
salam, lebih utama dan lebih sempurna jika mengucapkan ‘wa’alaikum
as-Salam wa rohmatullahi wa barokatuh’, dengan menambahkan huruf ‘waw’
(yang mendahului kata ‘alaikum) ataupun tidak menggunakannya (membuangnya), hal
ini diperbolehkan namun meninggalkan keutamaan. Adapun meringkaskannya menjadi
‘wa’alaikumus salam’ atau ‘alaikumus salam’ sahaja
sudah mencukupi. Sedangkan meringkaskannya menjadi ‘alaikum’ sahaja,
menurut kesepakatan ulama’ tidaklah mencukupi, demikian pula dengan ‘wa’alaikum’
sahaja yang diawali dengan huruf ‘waw’.
TINGKATAN SALAM
Salam memiliki 3 tingkatan, tingkatan yang
paling tinggi, paling sempurna dan paling utama adalah ‘Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh’, kemudian yang lebih rendah daripadanya
ucapan ‘assalamu’alaikum warohmatullah’ dan terakhir yang paling
rendah adalah ‘assalamu’alaikum’. Seseorang yang mengucapkan
salam (Musallim), boleh jadi mendapatkan ganjaran yang sempurna dan boleh jadi
mendapatkan ganjaran di bawahnya, sesuai dengan salam yang dia ucapkan.” Hal ini
sesuai dengan kisah tentang seorang lelaki yang masuk ke dalam masjid dan saat
itu Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya sedang duduk-duduk, berkata lelaki
tadi, “Assalamu’alaikum”, maka Nabi menjawab, “wa’alaikumus salam,
sepuluh atasmu”, kemudian masuk lelaki lain dan berkata, “Assalamu’alaikum
warohmatullah”, Rasulullah menjawab, “Wa’alaikumus Salam warohmatullah,
dua puluh atasmu”. Tidak lama kemudian datang lagi seorang lelaki sambil
mengucapkan “Assalamu’alaikum warohmaatullahi wabarokatuh”, maka jawab
Rasulullah, “Wa’alaikumus Salam warohmatullahi wabarokatuh, tiga puluh
atasmu”. (HR Abu Dawud dan Turmudzi), yang dimaksudkan adalah sepuluh, dua
puluh dan tiga puluh kebaikan.
paling tinggi, paling sempurna dan paling utama adalah ‘Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh’, kemudian yang lebih rendah daripadanya
ucapan ‘assalamu’alaikum warohmatullah’ dan terakhir yang paling
rendah adalah ‘assalamu’alaikum’. Seseorang yang mengucapkan
salam (Musallim), boleh jadi mendapatkan ganjaran yang sempurna dan boleh jadi
mendapatkan ganjaran di bawahnya, sesuai dengan salam yang dia ucapkan.” Hal ini
sesuai dengan kisah tentang seorang lelaki yang masuk ke dalam masjid dan saat
itu Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya sedang duduk-duduk, berkata lelaki
tadi, “Assalamu’alaikum”, maka Nabi menjawab, “wa’alaikumus salam,
sepuluh atasmu”, kemudian masuk lelaki lain dan berkata, “Assalamu’alaikum
warohmatullah”, Rasulullah menjawab, “Wa’alaikumus Salam warohmatullah,
dua puluh atasmu”. Tidak lama kemudian datang lagi seorang lelaki sambil
mengucapkan “Assalamu’alaikum warohmaatullahi wabarokatuh”, maka jawab
Rasulullah, “Wa’alaikumus Salam warohmatullahi wabarokatuh, tiga puluh
atasmu”. (HR Abu Dawud dan Turmudzi), yang dimaksudkan adalah sepuluh, dua
puluh dan tiga puluh kebaikan.
ADAB-ADAB SALAM
1. Disunnahkan tatkala bertemu dua
jenis orang di jalan, iaitu orang yang berkenderaan supaya memberi salam kepada
yang berjalan kaki, yang sedikit kepada yang ramai dan yang muda kepada yang
tua. Bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Hendaklah salam
bagi yang berkenderaan kepada pejalan kaki, yang berjalan kaki kepada yang
duduk dan yang sedikit kepada yang ramai.” (HR. Muslim).
jenis orang di jalan, iaitu orang yang berkenderaan supaya memberi salam kepada
yang berjalan kaki, yang sedikit kepada yang ramai dan yang muda kepada yang
tua. Bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Hendaklah salam
bagi yang berkenderaan kepada pejalan kaki, yang berjalan kaki kepada yang
duduk dan yang sedikit kepada yang ramai.” (HR. Muslim).
2. Sayogiyanya orang yang hendak
memberikan salam kepada kaum muslimin dengan mengucapkan salam dan bukan dengan
ucapan ‘selamat pagi’ atau ‘selamat datang’ ataupun ‘hello’, hendak dia
memulainya dengan salam kemudian baru dia boleh menyambutnya dengan sapaan yang
diperbolehkan di dalam Islam.
memberikan salam kepada kaum muslimin dengan mengucapkan salam dan bukan dengan
ucapan ‘selamat pagi’ atau ‘selamat datang’ ataupun ‘hello’, hendak dia
memulainya dengan salam kemudian baru dia boleh menyambutnya dengan sapaan yang
diperbolehkan di dalam Islam.
3. Disukai bagi seorang muslim yang
akan masuk ke rumahnya, mengucapkan salam terlebih dahulu, kerana sesungguhnya
berkah itu turun beserta salam, bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“Jika engkau hendak masuk ke rumahmu, hendaklah engkau salam, nescaya berkah
akan turun kepadamu dan keluargamu.” (HR Turmudzi). “Dan jika tidak ada
seorangpun di dalamnya, maka ucapkan, Assalamu’alainaa ‘ibaadillahish
shaalihin.” (HR Muslim).
akan masuk ke rumahnya, mengucapkan salam terlebih dahulu, kerana sesungguhnya
berkah itu turun beserta salam, bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“Jika engkau hendak masuk ke rumahmu, hendaklah engkau salam, nescaya berkah
akan turun kepadamu dan keluargamu.” (HR Turmudzi). “Dan jika tidak ada
seorangpun di dalamnya, maka ucapkan, Assalamu’alainaa ‘ibaadillahish
shaalihin.” (HR Muslim).
4. Sayogiyanya
mengucapkan salam itu dengan suara yang dapat didengar namun tidak mengganggu
orang yang mendengar dan membangunkan orang yang tidur. Dari Miqdad Radhiallahu
‘anhu berkata : “Kami mengangkat untuk Nabi bahagiannya daripada susu, dan
beliau tiba saat malam, mengucapkan salam dengan suara yang tidak membangunkan
orang yang tidur dan dapat didengar oleh orang yang jaga.” (HR Muslim).
mengucapkan salam itu dengan suara yang dapat didengar namun tidak mengganggu
orang yang mendengar dan membangunkan orang yang tidur. Dari Miqdad Radhiallahu
‘anhu berkata : “Kami mengangkat untuk Nabi bahagiannya daripada susu, dan
beliau tiba saat malam, mengucapkan salam dengan suara yang tidak membangunkan
orang yang tidur dan dapat didengar oleh orang yang jaga.” (HR Muslim).
5. Dianjurkan untuk memberikan salam
dan mengulanginya lagi jika terpisah daripada saudaranya, walaupun hanya
dipisahkan oleh tembok. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
bersabda, “Jika seseorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya,
hendaklah dia memberinya salam, dan jika terpisah antara keduanya oleh pohon,
tembok ataupun batu besar lalu bertemu kembali, hendakla kalian mengucapkan
salam lagi kepadanya.” (HR Abu Dawud).
dan mengulanginya lagi jika terpisah daripada saudaranya, walaupun hanya
dipisahkan oleh tembok. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
bersabda, “Jika seseorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya,
hendaklah dia memberinya salam, dan jika terpisah antara keduanya oleh pohon,
tembok ataupun batu besar lalu bertemu kembali, hendakla kalian mengucapkan
salam lagi kepadanya.” (HR Abu Dawud).
6. Ramai ulama’ memperbolehkan seorang
lelaki mengucapkan salam kepada seorang wanita, dan sebaliknya, selama aman
daripada fitnah, sebagaimana seorang wanita mengucapkan salam kepada mahramnya,
maka wajib juga atasnya untuk menjawab salam daripada mereka. Demikian halnya
seorang laki-laki kepada mahramnya wajib atasnya menjawab salam dari mereka.
Jika dia seorang ajnabiyah (wanita bukan mahram), maka tidaklah mengapa
mengucapkan salam kepadanya ataupun membalas salamnya jika wanita tersebut yang
mengucapkan salam, selama aman daripada fitnah, dengan syarat tanpa bersentuhan
tangan/jabat tangan dan mendayu-dayukan suara.
lelaki mengucapkan salam kepada seorang wanita, dan sebaliknya, selama aman
daripada fitnah, sebagaimana seorang wanita mengucapkan salam kepada mahramnya,
maka wajib juga atasnya untuk menjawab salam daripada mereka. Demikian halnya
seorang laki-laki kepada mahramnya wajib atasnya menjawab salam dari mereka.
Jika dia seorang ajnabiyah (wanita bukan mahram), maka tidaklah mengapa
mengucapkan salam kepadanya ataupun membalas salamnya jika wanita tersebut yang
mengucapkan salam, selama aman daripada fitnah, dengan syarat tanpa bersentuhan
tangan/jabat tangan dan mendayu-dayukan suara.
7. Daripada hal-hal
yang tersebar di kalangan manusia adalah menjadikan salam itu berbentuk isyarat
atau memberi tanda dengan tangan. Jika seseorang yang mengucapkan salam itu
jauh, maka mengucapkan salam sambil memberikan isyarat tidaklah mengapa, selama
dia tidak dapat mendengarmu, kerana isyarat ketika itu menjadi penunjuk salam
dan tidak ada pengganti selainnya, juga demikian dalam membalasnya.
yang tersebar di kalangan manusia adalah menjadikan salam itu berbentuk isyarat
atau memberi tanda dengan tangan. Jika seseorang yang mengucapkan salam itu
jauh, maka mengucapkan salam sambil memberikan isyarat tidaklah mengapa, selama
dia tidak dapat mendengarmu, kerana isyarat ketika itu menjadi penunjuk salam
dan tidak ada pengganti selainnya, juga demikian dalam membalasnya.
8. Dianjurkan
bagi orang yang duduk mengucapkan salam ketika dia hendak berdiri di dalam
majlisnya. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika
kalian mendatangi suatu majlis hendaklah memberi salam, dan jika hendak berdiri
seyogiyanya juga memberi salam, dan tidaklah yang pertama itu lebih berhak daripada
yang terakhir”. (HR. Abu Dawud)
bagi orang yang duduk mengucapkan salam ketika dia hendak berdiri di dalam
majlisnya. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika
kalian mendatangi suatu majlis hendaklah memberi salam, dan jika hendak berdiri
seyogiyanya juga memberi salam, dan tidaklah yang pertama itu lebih berhak daripada
yang terakhir”. (HR. Abu Dawud)
9. Disunnahkan
berjabat tangan ketika memberi salam dan memberikan tangannya kepada
saudaranya. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah
bertemu dua orang muslim kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni
dosanya sebelum berpisah”. (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
berjabat tangan ketika memberi salam dan memberikan tangannya kepada
saudaranya. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah
bertemu dua orang muslim kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni
dosanya sebelum berpisah”. (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
10. Menunjukkan
wajah yang ceria, bermanis muka dan tersenyum ketika salam. Sebagaimana sabda
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Senyummu kepada saudaramu itu
sedekah”, dan sabdanya pula “Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan
sedikitpun, walaupun hanya bermanis muka terhadap saudaramu”. (HR. Muslim)
wajah yang ceria, bermanis muka dan tersenyum ketika salam. Sebagaimana sabda
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Senyummu kepada saudaramu itu
sedekah”, dan sabdanya pula “Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan
sedikitpun, walaupun hanya bermanis muka terhadap saudaramu”. (HR. Muslim)
11. Disunnahkan memberi salam kepada
anak-anak sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sentiasa
melakukannya, dan yang demikian ini adalah suatu hal yang menggembirakan
mereka, menanamkan rasa percaya diri dan menumbuhkan semangat menuntut ilmu di
dalam hati mereka.
anak-anak sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sentiasa
melakukannya, dan yang demikian ini adalah suatu hal yang menggembirakan
mereka, menanamkan rasa percaya diri dan menumbuhkan semangat menuntut ilmu di
dalam hati mereka.
12. Tidak diperbolehkan memulai
salam kepada orang kafir sebagaimana di dalam sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi
wa sallam : “Janganlah mendahului Yahudi dan Nasrani dengan ucapan
salam, jika engkau menemui salah seorang daripada mereka di jalan, desaklah
hingga mereka menepi dari jalan”. (HR. Muslim) dan bersabda pula Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam : “Jika ahli kitab memberi salam kepadamu maka
jawablah dengan wa’alaikum” (mutafaq alaihi).
salam kepada orang kafir sebagaimana di dalam sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi
wa sallam : “Janganlah mendahului Yahudi dan Nasrani dengan ucapan
salam, jika engkau menemui salah seorang daripada mereka di jalan, desaklah
hingga mereka menepi dari jalan”. (HR. Muslim) dan bersabda pula Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam : “Jika ahli kitab memberi salam kepadamu maka
jawablah dengan wa’alaikum” (mutafaq alaihi).
Maka hidupkanlah, wahai hamba Allah sunnah
yang agung ini di tengah-tengah kaum muslimin agar lebih mempereratkan
hati-hati kalian dan menyatukan jiwa-jiwa kalian serta untuk meraih ganjaran
dan pahala di sisi Allah. Semoga salam dan shalawat senantiasa tercurahkan atas Nabi,
keluarga baginda dan shahabat-shahabat baginda seluruhnya. Amin..
yang agung ini di tengah-tengah kaum muslimin agar lebih mempereratkan
hati-hati kalian dan menyatukan jiwa-jiwa kalian serta untuk meraih ganjaran
dan pahala di sisi Allah. Semoga salam dan shalawat senantiasa tercurahkan atas Nabi,
keluarga baginda dan shahabat-shahabat baginda seluruhnya. Amin..
Subscribe to:
Posts (Atom)